MAJALAHJURNALIS.Com (Boston) - Seorang pasien yang dirawat di sebuah rumah sakit
di Boston, Amerika Serikat (AS), tak punya peluang untuk menerima transplantasi
jantung. Penyebabnya, sebagian karena dia tidak divaksinasi virus Corona
(COVID-19).
Seperti dilansir
Channel News Asia, Rabu (26/1/2022), DJ Ferguson (31) dirawat di rumah sakit
sejak November tahun lalu karena 'gangguan jantung herediter' yang memenuhi
paru-parunya dengan darah dan cairan.
Menurut media
lokal CBS Boston, keluarga Ferguson menyebut dia sebelumnya berada di garis
depan untuk menerima transplantasi jantung, namun kini tidak lagi memenuhi
syarat di bawah kebijakan rumah sakit, karena dia tidak divaksinasi Corona.
"Vaksin
COVID-19 merupakan salah satu dari beberapa vaksin dan perilaku gaya hidup yang
diwajibkan untuk kandidat penerima transplantasi dalam sistem Mass General
Brigham demi menciptakan baik peluang terbaik untuk operasi yang sukses maupun
kelangsungan hidup pasien usai transplantasi," demikian pernyataan Brigham
and Women's Hospital seperti dilaporkan CBS Boston.
Situs resmi
Brigham and Womens' Hospital menyebutkan bahwa pihak rumah sakit mewajibkan
sejumlah vaksin yang direkomendasikan Pusat Pengendalian dan Pencegahan
Penyakit AS (CDC) -- termasuk vaksin COVID-19, vaksin flu dan vaksin hepatitis
B -- untuk pasien penerima transplantasi.
"Para
pasien tidak masuk dalam daftar tunggu tanpa ini," kata pihak Brigham and
Women's Hospital.
Persyaratan
tersebut, menurut pihak Brigham and Women's Hospital, akan mengoptimalkan
kelangsungan hidup karena sistem kekebalan 'ditekan secara drastis' setelah
transplantasi.
"Mengingat
kelangkaan organ yang tersedia, kami melakukan semuanya yang kami mampu untuk
memastikan seorang pasien yang menerima transplantasi organ, memiliki peluang
terbesar untuk bertahan hidup," tegas pihak Brigham and Women's Hospital
dalam pernyataan terpisah kepada BBC.
Berbicara kepada
CBS Boston, ayah Ferguson menyebut vaksin COVID-19 'semacam bertentangan dengan
prinsip dasarnya; dirinya tidak mempercayainya'. Brigham and
Women's Hospital merupakan rumah sakit pengajaran (teaching hospital) yang
berafiliasi dengan Harvard Medical School.
Dalam situsnya,
rumah sakit tersebut menyebutkan bahwa penelitian menunjukkan para penerima
transplantasi berada dalam 'risiko yang jauh lebih tinggi' untuk meninggal
akibat COVID-19 dibandingkan pasien non-transplantasi.
Saat ini,
menurut Brigham and Women's Hospital, ada lebih dari 100.000 kandidat dalam
daftar tunggu untuk transplantasi organ di AS. Separuh dari mereka tidak akan
menerima organ dalam lima tahun karena adanya kelangkaan organ yang tersedia.
Pihak rumah
sakit juga menambahkan bahwa tidak ada kandidat transplantasi yang ditetapkan
sebagai 'pertama dalam daftar' karena ada berbagai tingkat prioritas untuk
alokasi organ.
0 Comments