MAJALAHJURNALIS.Com (Banda Aceh)- Kota Aceh memiliki begitu banyak
ragam kuliner yang
menggugah selera dan pastinya patut untuk dicicipi, salah satunya adalah Kuah
Beulangong. Masakan yang
satu ini berasal dari Aceh dan memiliki karakteristik seperti gulai dan
berisikan daging kambing serta nangka muda. Kuah
Beulangog yang kaya akan rempah-rempah khas Aceh ini bisa dijumpai di beberapa
warung nasi di Banda Aceh maupun Aceh Besar. Rata-rata Kuah Beulangong yang
dimasak di beberapa warung nasi disebut dengan Kari Kambing. Selain kaya
akan rempah-rempah, Kuah Beulangong khas Aceh pastinya mempunyai makna simbolis
di kalangan lapisan masyarakat Aceh. Kuliner ini biasa disajikan ketika bulan
puasa, hari-hari besar Islam, Tahun Baru Islam, Iduladha, dan Idulfitri. Simak ulasan
sedapnya kuliner Kuah
Beulangong khas Aceh yang dihimpun dari beberapa sumber berikut ini. Arti Nama Beulangong Bagi sebagian masyarakat Indonesia pasti sangat terdengar asing apabila
mendengar kata "Beulangong". Melansir dari jalurrempah.kemdikbud.go.id, kata
"Beulangong" berasal dari kata belanga atau kuali besar, di mana
dalam seluruh proses memasak hidangan ini menggunakan kuali yang besar. Masyarakat Aceh biasa menyajikan Kuah Beulangong ini sebagai menu utama
dalam setiap kenduri. Rasanya tak lengkap jika setiap kenduri tidak ada makanan
yang satu ini. Kuah Beulangong memang diolah menggunakan berbagai macam rempah-rempah asli
Indonesia, mulai dari kunyit, kemiri, kayu manis, kapulaga, daun temuru (salam
koja), ketumbar, dan lengkuas. Selain itu, masyarakat setempat juga menggunakan
daging lembu dalam memasaknya. Proses Memasak yang Unik
Masih melansir dari sumber yang sama, menurut kepercayaan adat setempat,
saat proses memasak Kuah Beulangong ini terbilang cukup unik lantaran hanya
boleh dilakukan oleh kaum pria saja.
Tak hanya sampai situ saja, cara mengaduk Kuah Beulangong tidak sembarangan,
harus berlawanan arah jarum jam sembari mengucap selawat. Dengan proses memasaknya yang tidak sembarangan, kuliner ini rupanya sudah
cukup legendaris di masyarakat Aceh, mulai dari mengolah hingga menyantapnya.
Dalam melestarikan tradisi ini, Kuah Beulangong sering dihidangkan dalam acara
Hari Raya Islam, seperti Idulfitri, Iduladha, hingga peringatan Nuzul Quran. Menjadi Tradisi Lokal Memasak Kuah Beulangong tak hanya sekedar masalah perut yang lapar saja.
Bagi masyarakat Aceh, dengan kehadiran Kuah Beulangong ini ternyata menjadi
ajang silaturahmi antar sesama. Hal dikarenakan dalam memasaknya dilakukan
secara bersama-sama. Selain itu, menurut sejarah, dalam Kuah Beulangong ini dulunya terdapat
sedikit campuran ganja atau lebih tepatnya menggunakan biji ganja sebagai
penyedap dan agar daging menjadi lebih empuk. Dengan mencampurkan biji ganja ke dalam masakan Kuah Beulangong, akan
menghasilkan rasa yang lebih nikmat dan diyakini berfungsi sebagai bahan
pengawet alami. Sumber : Merdeka.com
0 Comments