MAJALAHJURNALIS.Com
(Jakarta)
-Presiden Joko Widodo disebut ingin menjadi king maker
dengan wacana koalisi besar menggabungkan Koalisi Indonesia Bersatu dan Koalisi
Kebangkitan Indonesia Raya. Ketua DPP
PDI Perjuangan Said Abdullah tidak yakin Jokowi menjadi
king maker untuk menghadapi Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Menurutnya, Jokowi punya sopan santun dan etika politik. "Saya
tidak yakin, presiden punya sopan santun dan etika politik yang luar biasa.
Kami yang punya rekam jejak Pak Presiden Jokowi yang
luar biasa, itu tidak mungkin dilakukan oleh Pak Jokowi, baik secara pribadi,
personal maupun selaku presiden," ujar Said di Kompleks Parlemen,
Senayan, Jakarta,
Selasa (4/4/2023). Said
mengatakan, sudah hal biasa banyak pihak yang ingin membenturkan Jokowi dan
Megawati. Sampai digunakan isu ketidakhadiran PDIP dalam pertemuan Jokowi dan
lima ketua umum partai di markas PAN lalu. Ketua
Banggar DPR RI ini menegaskan bahwa telah dikonfirmasi oleh Ketua Umum PAN
Megawati tidak hadir karena berhalangan. "Kenapa
fakta itu mau dihilangkan? Kemudian tiba-tiba mau dibenturkan. Dari dulu bu
Mega akan dibenturkan dengan Pak Jokowi,
dari dulu, bukan hanya sekarang. Kalian saja mau nyeret-nyeret juga," kata
Said. Sebelumnya,
Pertemuan Presiden Joko Widodo dengan lima Ketua Umum partai pendukung
pemerintah membuka peluang terbentuknya koalisi besar. Antara Koalisi Indonesia
Bersatu (KIB) yang digagas Golkar, PAN, serta PPP dan Koalisi Kebangkitan
Indonesia Raya (KIR) Gerindra-PKB. Jokowi
menggelar pertemuan dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo
Subianto, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum
PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, dan Plt Ketua Umum PPP
Muhammad Mardiono. Pertemuan digelar di tengah Silaturahmi Ramadan di Kantor
DPP PAN, Minggu (2/4/2023). Pengamat
politik Ujang Komarudin melihat Presiden Jokowi menjadi king maker dari koalisi
besar ini. Jokowi yang bakal memberikan endorse kepada salah satu tokoh menjadi
calon presiden dan calon wakil presiden. "Jokowi
sebagai king maker di situ, di mana dia sebagai pihak yang mengendorse koalisi
tersebut untuk mencari capres dan cawapres," ujar Ujang kepada wartawan,
dikutip Senin (3/4/2023). Ujang
melihat, Jokowi menginisiasi koalisi besar ini untuk menghadapi Koalisi
Perubahan yang mengusung Anies Baswedan. Serta PDI Perjuangan yang belum juga
menentukan sikap terkait Pilpres 2024. "Apa
tujuannya? Ya bisa jadi untuk mengadang kekuatan Koalisi Perubahan dan
sekaligus untuk mengalahkan PDIP karena PDIP kan tidak bergabung,"
ujarnya. Sementara,
soal calon presiden yang paling berpeluang diusung koalisi besar ini adalah
Prabowo Subianto. Salah satu alasannya adalah elektabilitas tinggi. Ganjar
Pranowo dinilai bukan lagi pilihan Jokowi karena menolak timnas Israel hadir di
Piala Dunia U-20. "Kalau
Ganjar kayaknya tidak ya. kelihatannya menurut Pak Jokowi sudah mengkhianati
Jokowi dengan menolak Timnas Israel U-20, sehingga Jokowi merasa tertampar
karena kepala daerah menolak," ujar Ujang. "Pilihannya
ya itu Prabowo dan Ganjar. Dan Prabowo pilihannya tidak ada yang lain,
kelihatannya ke sana arahnya," sambungnya. Sumber : Merdeka.com
0 Comments