MAJALAHJURNALIS.Com
-Khutbah jumat meraih malam Lailatul
Qadar cocok diangkat di bulan Ramadan ini. Terlebih saat ini telah memasuki
sepuluh hari terakhir Ramadan. Seperti
diketahui, Lailatul Qadar merupakan malam yang sangat spesial. Bahkan, semua
umat Islam di dunia sangat menanti-nanti dan mendambakan mendapatkan
keistimewaan malam Lailatul Qadar. Akan tetapi
kapan datangnya malam Lailatul Qadar masih menjadi sebuah misteri. Meski
begitu, Al-Quran telah menjelaskan ciri-ciri khusus malam yang lebih utama dari
seribu bulan ini. Selain itu juga dijelaskan keberkahan-keberkahan yang
diberikan pada malam tersebut. Rasulullah
SAW juga menyatakan bahwa Lailatul Qadar terjadi di 10 hari terakhir bulan
Ramadan. Dalam sejumlah hadis menyebutkan malam mulia ini terjadi pada hari
tanggal ganjil. Karenanya,
khutbah Jumat meraih malam Lailatul Qadar ini sangat cocok diangkat pada hari
ini. Lantas
bagaimana khutbah Jumat meraih Lailatul Qadar edisi sepuluh hari terakhir
Ramadan? Melansir dari NU Online, Jumat (14/4), simak ulasan informasinya
berikut ini. Khutbah Jumat Meraih Malam
Lailatul Qadar I الحَمْدُ
لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ
سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ
الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ
خُلُقَهُ الْقُرْآنُ أَمَّا بَعْدُ،عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ
وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَىٰ وَالصَّابِئِينَ مَنْ
آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ
عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah Pada
kesempatan yang mulia ini, khatib berwasiat kepada para hadirin sekalian, wa
bil khusus kepada diri khatib sendiri, untuk senantiasa menguatkan dan
meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Terlebih takwa merupakan tujuan dari
disyariatkannya ibadah puasa sebagaimana ditegaskan dalam surat Al-Baqarah ayat
183: يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ
مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa." Selain
takwa, tiada kata yang patut kita ucapkan pada kesempatan kali ini selain
kalimat Alhamdulillahirabbil’alamin sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT
yang telah menganugerahkan banyak nikmat kepada kita. Di antaranya
adalah masih diberi-Nya kita umur panjang sehingga bisa menikmati manisnya
bulan suci Ramadhan kali ini. Terlebih saat ini kita sudah memasuki 10 hari
ketiga Ramadhan yang memiliki banyak keistimewaan di antaranya adalah adanya
malam mulia yang keistimewaannya lebih baik dari 1.000 bulan yakni Lailatul
Qadar. Istimewanya
malam ini, sampai-sampai dalam Al-Qur’an terdapat satu surat khusus yang
menjelaskan tentang Lailatul Qadar yang diberi nama Surat Al-Qadr dengan 5 ayat
di dalamnya, إِنَّا
أَنْزَلْنَهُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ * وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ *
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مّنْ أَلْفِ شَهْرٍ * تَنَزَّلُ الْمَلَئِكَةُ
وَالْرُّوحُ فِيْهَا بِإِذْنِ رَبِهِّمْ مِّنْ كُلِّ أَمْرٍ * سَلَامٌ هِىَ حَتَّى
مَطْلَعِ الْفَجْرِ. Artinya: "Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada Lailatulqadar. Tahukah kamu apakah
Lailatulqadar itu? Lailatulqadar itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada
malam itu turun para malaikat dan Rūḥ (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk
mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam) itu sampai terbit fajar." (QS Al-Qadar [97]: 1-5) Ma asyiral
Muslimin rahimakumullah Seperti
dijelaskan dalam ayat tersebut, Lailatul Qadar memiliki keistimewaan dalam
durasi 1.000 bulan. Jika jumlah waktunya dikonversikan, maka akan sama dengan
83 tahun. Angka ini
merupakan umur standar rata-rata hidup manusia di dunia sehingga jika seseorang
menemui malam Lailatul Qadar dan melakukan kebaikan-kebaikan di dalamnya, maka
sama saja ia telah berbuat baik seumur hidupnya. Namun untuk
mendapatkan malam mulia ini sangatlah tidak mudah. Pasalnya, kapan waktu tepatnya
malam lailatul qadar tidak bisa diketahui secara pasti. Butuh
ikhtiar umat Islam untuk dapat menjumpainya dengan meningkatkan kuantitas dan
kualitas ibadah di sepuluh akhir di bulan Ramadhan. Hal ini juga sudah
dicontohkan oleh Nabi Muhammad yang dikemukakan dalam hadits riwayat Muslim عَنْ
الْأَسْوَدِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ Artinya: "Dari Aswad dari Aisyah ra ia berkata bahwa Nabi SAW
meningkat amal-ibadah pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan melebihi di waktu
yang lain," (HR Muslim). Dari hadits
ini kita bisa memahami bahwa semakin mendekati hari-hari terakhir Ramadhan,
keistimewaan yang ada di dalamnya pun semakin banyak. Sehingga sangat merugilah
mereka yang memiliki semangat di awal Ramadhan. namun
kemudian terus turun semangatnya dalam beribadah ketika mendekati akhir-akhir
Ramadhan. Oleh karenanya, keberadaan Lailatul Qadar ini diharapkan dapat memicu
semangat kita kembali dalam beribadah untuk meraih Ridho Allah SWT. Hadits
tersebut juga, menjadi petunjuk kuat bahwa Lailatul Qadar jatuh pada 10 hari
ketiga bulan Ramadhan. Lebih rinci lagi, Rasulullah memberi petunjuk bahwa
Lailatul Qadar jatuh pada malam-malam ganjil di 10 hari tersebut. Sabdanya: تَحَرَّوْا
لَيْلَةَ الْقَدْرِفِي الْوِتْرِمِنَ الْعَشْرِالْأَوَاخِرِمِنْ رَمَضَانَ "Carilah
Lailatul Qadar itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir (bulan
Ramadan)". (HR.
Al-Bukhari) Maasyiral Muslimin
rahimakumullah Dari
hadits-hadits Nabi terkait dengan Lailatul Qadar, para ulama kemudian
memberikan penjelasan lebih rinci lagi tentang waktu dan ciri-ciri malam
Lailatul Qadar. Di antaranya
adalah Imam Al-Ghazali dalam Kitab I’anatut Thalibin yang menyebut bahwa
jatuhnya hari Lailatul Qadar bisa dilihat dari hari pertama bulan Ramadhan. Dalam
penjelasannya disebutkan bahwa jika awal Ramadhan jatuh pada hari Ahad atau
Rabu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-29. Jika awalnya jatuh pada hari
Senin, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-21. Jika awalnya jatuh pada hari
Selasa atau Jum'at, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27. Jika awalnya
jatuh pada hari Kamis, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-25. Dan jika
awalnya jatuh pada hari Sabtu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-23. Selain dari
menghitung harinya, Lailatul Qadar menurut berbagai kajian bersumber hadits
Nabi juga bisa dilihat dan dirasakan ciri-cirinya melalui kondisi alam yang
ada. Di antaranya bisa dirasakan pada pagi harinya, sinar matahari tidak
terlalu panas dan cuaca terasa sejuk. Kemudian,
malam hari pada Lailatul Qadar, langit terlihat bersih, tidak terdapat awan,
suasana terasa tenang dan sunyi. Udara pada malam tersebut tidak dingin dan
juga tidak pula panas. Rasulullah bersabda: لَيْلَةُ
القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ
الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء Artinya: "Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan
kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari
bersinar tidak begitu cerah dan tampak kemerah-merahan." (HR
Ath-Thayalisi dan Al Baihaqi) Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah Lalu, apa
saja yang sebaiknya kita lakukan di malam 10 hari ketiga bulan Ramadhan,
khususnya di malam ganjil? Para ulama menganjurkan agar pada waktu-waktu
tersebut untuk banyak melakukan ibadah dan kebaikan-kebaikan lainnya. Hal ini
karena Malaikat turun dan mengunjungi seseorang pada malam itu. Malaikat
adalah makhluk Allah yang senang dengan kebaikan dan melingkupi kebaikan apa
saja. Sehingga melakukan kebaikan secara terus-menerus bisa mengantarkan
manusia mendapatkan malam Lailatul Qadar. Selanjutnya,
kita dianjurkan untuk senantiasa menjaga ketenangan, kedamaian, dan kerukunan
sesuai dengan poin pada ayat kelima surat Al-Qadr yakni di malam Lailatul Qadar
ada kedamaian sampai de ngan fajar atau pagi hari. Ketika kita
bisa menjaga kedamaian, Insyaallah, Allah akan menganugerahkan kita bertemu
dengan Lailatul Qadar. Semoga kita
diberi karunia oleh Allah untuk dapat bertemu dengan malam mulia ini, dan
semoga semua hajat kita akan dikabulkan oleh Allah SWT. Amin بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ مِنَ
الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ
إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ
خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ، وَاسْتَغْفِرُوْا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ Khutbah
Jumat Meraih Malam Lailatul Qadar II الحَمْدُ
لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ
سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ
الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ
خُلُقَهُ الْقُرْآنُ أَمَّا بَعْدُ،عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ
وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَىٰ وَالصَّابِئِينَ مَنْ
آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ
عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh, Mengawali
khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada
diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan
keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan semua kewajiban
dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan. Jamah yang dimuliakan Allah, Betapa
banyak anjuran amal ibadah yang dianjurkan untuk umat Muslim selama Ramadhan.
Dari mulai amalan-amalan sunnah saat bukan puasa dan sahur, bertadarus Al-Qur’an,
melaksanakan shalat tarawih, dan lain sebagainya. Salah satu
anjuran utama yang terdapat pada bulan agung ini adalah meraih malam Lailatul
Qadar. Allah swt dalam Al-Qur’an secara tegas menyampaikan bahwa momen sakral
Lailatul Qadar, إِنَّا
أَنْزَلْنَهُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ * وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ *
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مّنْ أَلْفِ شَهْرٍ * تَنَزَّلُ الْمَلَئِكَةُ
وَالْرُّوحُ فِيْهَا بِإِذْنِ رَبِهِّمْ مِّنْ كُلِّ أَمْرٍ * سَلَامٌ هِىَ حَتَّى
مَطْلَعِ الْفَجْرِ. Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada
Lailatulqadar. Tahukah kamu apakah Lailatulqadar itu? Lailatulqadar itu lebih
baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Rūḥ (Jibril)
dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam) itu
sampai terbit fajar." (QS Al-Qadar [97]: 1-5) Berkaitan
dengan ini, Imam Malik dalam al-Muwattha meriwayatkan satu hadits, إِنَّ
رَسُوْلَ اللهِ أُرِيَ أَعْمَارَ النَّاسِ قَبْلَهُ أَوْ مَا شَاءَ اللهُ مِنْ
ذَلِكَ فَكَأَنَّهُ تَقَاصَرَ أَعْمَارَ أُمَّتِهِ أَنْ لَا يَبْلُغُوْا مِنَ
الْعَمَلِ مِثْلَ الَّذِيْ بَلَغَ غَيْرُهُمْ فَيْ طُوْلِ الْعُمْرِ، فَأَعْطَاهُ
اللهُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ خَيْرًا مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ. Artinya: "Sesungguhnya Rasulullah diperlihatkan umur-umur manusia sebelumnya
(yang relatif panjang) sesuai dengan kehendak Allah, sampai (akhirnya)
usia-usia umatnya semakin pendek (sehingga) mereka tidak bisa beramal lebih
lama sebagaimana umat-umat sebelum mereka karena panjangnya usia mereka, maka
Allah memberikan Rasulullah Lailatul Qadr yang lebih baik dari seribu
bulan." (Imam Malik, al-Muwattha: juz I, h. 321) Hanya saja,
kepastian kapan malam agung ini terjadi belum ada yang bisa memprediksi, apakah
di awal Ramadhan, pertengahannya, atau di penghujung bulan. Jika kita
umpamakan, malam Lailatul Qadar bagaikan permata sangat indah yang tersimpan di
tempat sangat tersembunyi. Semua orang menginginkannya, tetapi hanya bisa
memprediksi keberadaannya. Dalam satu hadits terkait malam Lailatul Qadar,
Rasulullah SAW bersabda, إِنَّ هَذَا
الشَّهْرَ قَدْ حَضَرَكُمْ وَفِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ
حُرِمَهَا فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْرَ كُلَّهُ وَلاَ يُحْرَمُ خَيْرَهَا إِلَّا
مَحْرُومٌ. Artinya: "Sesungguhnya bulan ini (Ramadhan) telah datang kepada
kalian. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Siapa saja yang terhalangi dari (meraih)nya, sungguh ia telah terhalangi dari
semua kebaikan. Dan tidak ada yang terhalangi (darinya), kecuali orang yang
memang terhalangi dari kebaikan." (HR Ibnu Majah) Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh, Meskipun
kedatangan malam Lailatul Qadar dirahasiakan, akan tetapi para ulama berusaha
(berijtihad) untuk memprediksi kapan malam mulia tersebut jatuh. Kita bisa
mengacu pada pendapat-pendapat yang mereka kemukakan, kendati pada akhirnya
kita juga berkesimpulan bahwa terjadinya malam Lailatul Qadar tetap menjadi
misteri karena tidak bisa diprediksi ketepatannya seratus persen. Jika kita
himpun, ada banyak sekali ragam prediksi para ulama tentang jatuhnya malam Lailatul
Qadar. Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani sendiri menjelaskan setidaknya ada 45
pendapat terkait waktu terjadinya malam mulia tersebut. Hanya saja,
dari sekian pendapat yang ada ia berkesimpulan bahwa argumen yang paling kuat
adalah yang mengatakan terjadi pada tanggal-tanggal ganjil di bulan Ramadhan. Sementara
Imam Syafi’i lebih spesifik lagi berpendapat bahwa tanggal 21 dan 23 Ramadhan
lebih potensial terjadi malam Lailatul Qadar. Sedangkan mayoritas ulama
termasuk Syekh Nidzamuddin an-Naisaburi berpendapat pada 27 Ramadhan. (Ibnu
Hajar al-‘Asqalani, Fatḥul Bārī: juz V, h. 463) Menurut Imam
Fakruddin ar-Razi, hikmah dirahasiakannya malam Lailatul Qadar adalah supaya
umat muslim bersungguh-sungguh melakukan ibadah selama satu bulan Ramadhan
penuh untuk meraih malam istimewa tersebut. Jangan
sampai kita lengah satu hari saja. Tentu kita tidak menginginkan malam Lailatul
Qadar jatuh saat kebetulan kita sedang malas beribadah. (Fakhruddin ar-Razi,
Mafātīḥul Ghaib, 1981: juz XXXII, h. 28) Senada
dengan ar-Razi, Syekh Nidzamuddin an-Nasibasuri dalam tafsirnya Gharāibul
Qur’ān wa Raghāibul Furqān menyampaikan, الْحِكْمَةُ
فِي إِخْفَاءِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ فِي الَّليَالِي كَالْحِكْمَةِ فِي إِخْفَاءِ
وَقْتِ الوَفَاةِ وَيَوْمِ الْقِيَامَةِ حَتَّى يَرْغَبَ الْمُكَلَّفُ فِي
الطَّاعَاتِ وَيَزِيْدَ فِي الاِجْتِهَادِ وَلَا يَتَغَافَلَ وَلَا يَتَكَاسَلَ
وَلَا يَتَّكَلَ. Artinya: "Hikmah dirahasiakannya malam Lailatul Qadar di antara
malam-malam bulan Ramadhan adalah seperti dirahasiakannya kematian dan hari
kiamat. Sehingga manusia dengan penuh suka cita menjalankan ibadah, lebih
bersungguh-sungguh, tidak lalai, tidak bermalas-malasan, dan tidak lesu." (Nidzamuddin
an-Naisaburi, Gharāibul Qur’ān wa Raghāibul Furqān, 2015: juz VI, h. 537) Maasyiral
Muslimin Aazzakumullah Kendati
malam Lailatul Qadar tidak bisa kita pastikan kapan terjadinya, selain
mengikuti prediksi para ulama, kita juga bisa memprediksi kedatangannya dengan
mengamati kondisi alam yang terjadi. Berikut
adalah beberapa ciri-ciri malam Lailatul Qadar dilihat dari gejala alam berdasarkan
beberapa hadits Nabi. Pada pagi
harinya sinar matahari tidak terlalu panas dan cuaca terasa sejuk. Hal ini
berdasarkan hadits riwayat Imam Muslim. Malam harinya langit terlihat bersih,
tidak terdapat awan, suasana terasa tenang dan sunyi, udara juga tidak dingin
tidak pula panas. Dalam hadits
lain Rasulullah juga bersabda, لَيْلَةُ
القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ
الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاءُ Artinya: "Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan
kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari
bersinar tidak begitu cerah dan tampak kemerah-merahan." (HR
Ath-Thayalisi dan Al Baihaqi) Hanya saja,
prediksi berdasarkan gejala alam tersebut tidak bisa dijadikan acuan untuk bisa
meraih malam Lailatul Qadar. Ibnu Hajar al-‘Atsqalani sendiri menegaskan bahwa
ciri-ciri gejala alam tersebut akan tampak setelah malam Lailatul Qadar-nya,
bukan sebelum atau saat sedang terjadi sehingga kita bisa mempersiapkan diri
sebelum tepat kedatangannya. (Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fatḥul Bārī: juz IV, h.
260). Pada
akhirnya kita berkesimpulan bahwa malam Lailatul Qadar tidak bisa diprediksi
kapan tepatnya. Kita hanya bisa berusaha dan berikhtiar dengan memperbanyak
ibadah selama satu bulan Ramadhan dengan harapan bisa meraih malam istimewa
ini. Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh, Demikianlah
khutbah singkat yang bisa khatib sampaikan. Semoga Ramadhan tahun ini dan
tahun-tahun berikutnya kita diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk meraih malam
yang lebih utama dari seribu bulan ini. Amin. أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ
هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ Khutbah Jumat Meraih Malam Lailatul Qadar III
0 Comments