Ilustrasi bendera China dan Amerika Serikat. Studi
ungkap sentiman anti-China di AS meningkat tajam. (REUTERS/ALY SONG)
MAJALAHJURNALIS.Com (Jakarta)
-Sebuah studi
mengungkapkan bahwa sentimen anti-China di Amerika Serikat meningkat tajam
dalam lima tahun terakhir. Studi yang diungkap lembaga Think-Tank AS Pew Research
Center mengungkap bahwa empat dari lima warga AS menyatakan pandangan tidak
menyenangkan terhadap China. "Ada lonjakan besar (sentimen negatif terhadap
China) antara tahun 2019 dan 2020, bertepatan dengan pandemi Covid-19 dan juga
tahun pemilu," ucap salah satu surveyor Pew Research Center, Christine
Huang seperti dikutip dari SCMP, Kamis (2/5/2024). "Dan angka tersebut tetap sama, yaitu sekitar 80
persen, jadi sepertinya sebuah pola yang akan terus tetap negatif," tambah
Huang. Perang dagang hingga
sikap pemerintah AS Sedangkan warga AS yang memiliki pandangan positif
terhadap China menurun hingga 21 persen dan mencapai 16 persen pada tahun ini. Kecenderungan itu semakin terlihat ketika Donald Trump
menjabat sebagai Presiden. Bahkan, terdapat sebuah perusahaan yang diambil alih
menjadi milik China. Terlebih, perang dagang yang diinisiasi Trump hingga
memberi sanksi terhadap pejabat China dan Hong Kong diklaim memperparah survey
sentimen anti-China yang kian meningkat. Seorang profesor ilmu politik di George Washington
University Todd Belt, menyebut bahwa sentimen itu memungkinkan untuk membuat
gerakan anti-China menjadi sebuah isu yang bisa terbawa di pemilu AS mendatang. Ia juga menyebut bahwa hal ini menjadi perhatian yang
lebih serius dan penting untuk diperhatikan. "Masalah China adalah sebuah pesan yang memperkuat
komitmen bagi mereka yang berusia lebih tua dan menganggap hal ini lebih
penting dari suatu masalah," ujar Belt. Belt kemudian melanjutkan bahwa generasi muda benar-benar
memerhatikan bagaimana pemerintah bersikap terhadap sejumlah negara. Oleh sebab
itu, isu mengenai kerja sama China beserta kesepakatannya kerap menjadi sorotan
anak muda. Ia lanjut menilai bahwa satu-satunya tindakan anti-China
yang benar-benar memberi dampak adalah melalui pelarangan TikTok di AS. Sebelumnya Presiden AS Joe Biden menandatangani sebuah
undang-undang yang melarang TikTok pada bulan lalu. Sejumlah kalangan muda pun
turut menyesali perbuatan pemerintahnya itu. Sebab, tak jarang dari anak muda AS yang disebut memiliki
pendapatan tetap dari aplikasi berbasis video tersebut. Ini mengapa, survey yang ditunjukan oleh Pew Research
Center pada 2021 menunjukkan bahwa sekitar 42 persen warga AS menganggap China
sebagai musuh AS. Sedangkan hanya enam persen yang menyatakan Beijing sebagai
mitra Washington. Huang juga lanjut mengungkap bahwa hubungan ekonomi dapat
menjadi tolak ukur utama dari sentimen warga AS terhadap China. "Kekhawatiran mengenai hubungan ekonomi dengan China
sudah pasti menjadi tren," ucap Huang. Sejauh ini, hubungan China dengan AS masih mengalami
ketegangan gegara sejumlah konflik yang terjadi. Mulai dari konflik di Timur
Tengah hingga Asia Pasifik mendasari ketegangan tersebut. Warga AS pun turut aktif memantau perkembangan terkini
sejumlah kerja sama yang dilakukan Washington di beberapa negara. Sumber : CNN Indonesia
0 Comments