MAJALAHJURNALIS.Com
- Ada sementara pihak mengaku menguasai ilmu
memanggil roh orang mati. Konon mereka bisa mengajak arwah itu berkomunikasi.
Lalu, bagaimana Islam memandang masalah ini? Syaikh
Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz dalam bukunya berjudul "Mukhtarat Min
Kitab Majmu’ Fatawa Wa Maqalat Mutanawwi’ah" menyebut ilmu tersebut
merupakan permainan setan yang bertujuan merusak akidah dan akhlak . Di
sisi lain, ia mengutip hadis yang memberi informasi bahwa sejatinya manusia
yang hidup bisa berkomunikasi dengan roh orang yang sudah meninggal dunia. Ada
riwayat yang shahih, bahwa pada perang Badar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan untuk mengurus 24 orang bangkai pemuka Quraisy, mereka
dilemparkan ke dalam sebuah sumur busuk yang ada di Badar. Manakala
beliau sudah mengalahkan kaum (Musyrikin Quraisy), beliau tinggal di tanah
Badar yang menjadi lengang selama 3 malam. Setelah beliau berada di sana pada
hari yang ketiga, beliau memerintahkan untuk mempersiapkan binatang
tunggangannya, lalu dipasang dan dikuatkanlah pelananya. Kemudian beliau
berjalan diiringi oleh para sahabatnya. Para
sahabat berkata, “Kami tidak melihat beliau beranjak kecuali dengan maksud
memenuhi sebagian kebutuhannya. Sampai akhirnya beliau berdiri di sisi bibir
sumur, kemudian beliau memanggil bangkai-bangkai pembesar kafir Quraisy (yang
terkubur di dalam sumur) tersebut dengan menyebutkan nama-nama mereka dan nama
bapak-bapak mereka: “Wahai
Fulan bin fulan, Wahai Fulan bin fulan, Bukankah kalian akan senang jika kalian
mentaati Allah dan rasulNya? Sesungguhnya kami benar-benar telah mendapatkan
apa yang telah dijanjikan oleh Rabb kami. Bukankah kalian juga telah
benar-benar mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Rabb kalian.” Umar
bin Khattab berkata, “Wahai Rasulullah kenapa Anda berbicara dengan jasad-jasad
yang tidak memiliki roh?" Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di
tanganNya, kalian tidak lebih baik pendengarannya terhadap apa yang aku katakan
dibanding mereka, hanya saja mereka tidak mampu menjawab” [HR Bukhari]. Juga
terdapat riwayat yang shahih dari Rasulullah SAW bahwa mayit bisa mendengar
suara sandal (sepatu) orang-orang yang mengantarnya ketika mereka meninggalkan
(kuburan)nya. Ibnul
Qayyim berkata, “Kaum salaf telah bersepakat atas hal ini. Atsar dari mereka
sudah mutawatir bahwa mayit mengetahui jika ada orang yang menziarahinya dan
merasa bahagia dengan ziarah tersebut”. Selanjutnya
Ibnul Qayyim menukil perkataan Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu dalam menafsirkan
firman Allah. اللهُ
يَتَوَفَّى اْلأَنفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ
الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ اْلأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى “Allah
memegang jiwa (roh seseorang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (seseorang)
yang belum mati di waktu tidurnya; maka Ia tahan jiwa (roh orang) yang telah ia
tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan lagi jiwa (roh) yang lain sampai waktu
yang ditentukan“. [ QS Az-Zumar/39 : 42] “Telah
sampai kepadaku bahwasanya roh orang-orang yang masih hidup dan yang sudah mati
bisa bertemu di dalam tidur (mimpi-red) kemudian mereka saling bertanya, lalu
Allah menahan roh orang yang sudah mati dan mengembalikan roh orang yang masih
hidup ke jasadnya.” Kemudian
Ibnul Qayyim berkata, “Sungguh pertemuan antara roh orang-orang yang masih hidup
dengan roh orang-orang yang sudah meninggal menunjukkan bahwa orang yang masih
hidup bisa melihat orang yang sudah meninggal dalam mimpinya dan menanyainya
hingga orang yang sudah mati menceritakan apa yang tidak diketahui oleh yang
masih hidup. Atas
dasar inilah terkadang berita orang yang hidup (tentang keadaan orang yang
sudah mati) bisa pas sesuai dengan kenyataan.” Syaikh
Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz mengatakan bahwa roh orang-orang yang sudah
mati tetap ada dan bisa mendengar sampai waktu yang dikehendaki Allah. "Tetapi
tidak benar, kalau roh-roh itu bisa berhubungan dengan orang-orang yang masih
hidup selain dalam mimpi," katanya. Begitu
pula, kata dia, tidaklah benar pengakuan para tukang sihir tentang kemampuan
mereka mendatangkan roh orang-orang mati yang diinginkan, lalu mengajaknya
berbicara dan bertanya-tanya (berbagai hal) kepadanya. "Ini
adalah pengakuan yang batil, tidak ada dalil yang menguatkannya baik dalil
naqli maupun dalil aqli. Allah yang Maha Mengetahui masalah roh. Dialah yang
mengatur roh. Dia pulalah yang berkuasa mengembalikan roh tersebut ke jasad
manusia kapan saja Ia kehendaki. Hanya Allah yang Maha mengatur kerajaanNya dan
ciptaanNya, tidak ada yang bisa menandingiNya," katanya. Perkara Gaib Masalah
roh merupakan perkara gaib yang hakikatnya hanya diketahui Allah SWT saja.
Orang tidak boleh sibuk membicarakannya kecuali berdasarkan dalil syar’i. Allah
berfirman. عَالِمَ الْغَيْبِ فَلاَ يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ
أَحَدًا إِلاَّمَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ
وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا “ (Dia
adalah Rabb) Yang Mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada
seorangpun tentang yang gaib itu Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka
sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di
belakangnya“. [ QS Al-Jin/72 : 26-27] قُل
لاَّيَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللهُ “ Katakanlah:”Tidak
ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib,
kecuali Allah” [ QS An-Naml/27 : 56] Para
ulama berbeda pendapat dalam memahami maksud roh (arwah) yang terdapat dalam Al
Qur’an, surah Al-Isra’ ayat 85. وَيَسْئَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ
أَمْرِ رَبِّي وَمَآأُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيلاً “Dan
mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: ”Roh itu termasuk urusan
Rabb-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit“. Sebagian
ulama mengatakan, bahwa maksudnya adalah roh yang ada pada badan. Berdasarkan
pendapat ini maka ayat di atas merupakan dalil bahwa roh termasuk urusan Allah,
tidak diketahui oleh manusia sedikit pun kecuali yang diberitahukan oleh Allah.
Karena masalah roh merupakan satu di antara sekian banyak masalah yang khusus
menjadi rahasia Allah. Dia
menutup persoalan ini terhadap makhluk-Nya. Sementara itu Al-Qur’an dan Sunnah
yang shahih dari Rasulullah SAW menunjukkan bahwa roh orang yang sudah
meninggal dunia akan tetap hidup setelah kematian jasad. Roh Setan Syaikh
Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz mengatakan bahwa apa yang diaku-aku oleh para
dajjal ini, yaitu memanggil roh-roh sebenarnya adalah roh-roh setan. "Mereka
memberikan pelayanan kepada setan-setan itu dengan cara menyembahnya dan
memenuhi permintaannya," katanya. Roh-roh
setan tadi membantu para Dajjal ini dengan bantuan yang diminta dengan cara
berdusta dan berbuat dosa dalam menjiplak nama orang-orang mati yang dipanggil
para Dajjal itu. Allah berfirman: وَكَذَلِكَ
جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ اْلإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ
إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ مَافَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ
وَمَايَفْتَرُونَ . وَلِتَصْغَى إِلَيْهِ أَفْئِدَةُ الَّذِينَ لاَيُؤْمِنُونَ بِاْلأَخِرَةِ
وَلِيَرْضَوْهُ وَلِيَقْتَرِفُوا مَاهُم مُّقْتَرِفُونَ “Dan
demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari
jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada
sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau
Rabbmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkan mereka
dan apa yang mereka ada-adakan. Dan (juga) agar hati kecil orang-orang yang
tidak beriman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka
merasa senang kepadanya dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka (setan)
kerjakan“. [QS Al-An’am/6 : 112-113] وَيَوْمَ
يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَامَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُم مِّنَ الإِنسِ وَقَالَ
أَوْلِيَآؤُهُم مِّنَ اْلإِنسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَآ
أَجَلَنَا الَّذِي أَجَّلَتْ لَنَا قَالَ النَّارُ مَثْوَاكُمْ خَالِدِينَ فِيهَآ إِلاَّ
مَاشَآءَ اللهُ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ “Dan
(ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya, (dan Allah
berfirman):”Hai golongan jin (setan), sesungguhnya kamu telah banyak
(menyesatkan) manusia”, lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan
manusia: ”Ya Rabb kami, sesungguhnya sebagian dari pada kami telah dapat
kesenangan dari sebagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang
telah Engkau tentukan bagi kami”. Allah
berfirman: ”Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya,
kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)”. Sesungguhnya Rabbmu Maha
Bijaksana lagi Maha Mengetahui“. [QS Al-An’am/6 : 128] Para
ulama tafsir menyebutkan, kesenangan jin terhadap manusia ialah karena
pengabdian manusia kepada jin, dengan cara memberikan sesajian binatang
sembelihan, bernazar dan meminta-minta kepada jin. Sedangkan
kesenangan manusia terhadap jin ialah karena pemenuhan jin terhadap kebutuhan
yang diminta manusia, dan juga karena pemberitaan jin kepada manusia tentang
beberapa perkara gaib yang diketahuinya atau yang berhasil ia curi dengar atau
yang hanya sekadar kedustaan yang dibuat-buat mengenai banyak persoalan yang
rumit. Dan kedustaan inilah yang justru paling banyak (dilakukan oleh jin). Sumber
: SINDOnews.com
0 Comments